
Wartagereja.co.id – Lenteng Agung, Jakarta Selatan – Minggu pagi yang cerah 03 Agustus 2025 di Lenteng Agung tidak hanya menjadi momen ibadah biasa. Di balik lagu-lagu pujian dan firman yang menyejukkan hati, ada haru yang menyelimuti Gereja Persekutuan Oikoumene Umat Kristen (POUK) Lenteng Agung: hari itu adalah perpisahan dan penyambutan. Sebuah tonggak pelayanan bergulir dalam keheningan yang sakral dan sukacita yang syahdu.
Disaksikan oleh jemaat dan disiarkan langsung melalui kanal YouTube, ibadah bertema “Ugahari adalah Misi untuk Menahan Diri” dipimpin oleh Pdt. Dr. Feri Simanjuntak, MA, M.Pd.K. Melalui khotbahnya yang mengupas Lukas 12:13-21, beliau mengingatkan jemaat tentang bahaya kerakusan dan pentingnya hidup cukup dalam terang kasih Tuhan. “Hidup bukan tentang apa yang kita punya, tapi bagaimana kita menghadirkan Tuhan dalam setiap milik kita,” ucapnya dengan nada tenang, namun menghujam dalam.
Namun inti momen tersebut tak berhenti di firman. Hari itu, jemaat melepas sosok yang telah menjadi gembala mereka selama 7 tahun terakhir — Pdt. Semrit Nenoliu, S.Th., M.Min.. Beliau akan kembali melayani di Sinode Gereja Sahabat Indonesia. Dalam prosesi yang penuh makna, surat penarikan tugas dibacakan oleh perwakilan MPH PGIW, menandai berakhirnya sebuah perjalanan panjang pelayanan penuh cinta kasih.
“Saudara telah menjadi teladan dalam iman… menguatkan yang lemah, membalut yang terluka, mencari yang terhilang,” begitu bunyi sepenggal kalimat dari surat tersebut, yang membuat beberapa jemaat tampak menyeka air mata. Lagu “Kasih Tuhan Mengiringimu” pun menggema sebagai pengantar perpisahan — bukan sebagai tanda akhir, tapi penguatan untuk pelayanan yang berlanjut di tempat lain.
Di saat bersamaan, harapan baru pun hadir. Jemaat menyambut hangat Pdt. Hosea Sudarna, S.Th. sebagai pendeta pendamping yang baru. Dalam ritual penyerahan stola, simbol pelayanan gerejawi, Pdt. Hosea menerima tongkat estafet misi pastoral dengan penuh keteguhan. “Saya bukan menggantikan, tapi meneruskan cinta dan pelayanan kepada umat Tuhan,” katanya singkat namun penuh makna dalam ramah tamah seusai ibadah.
Pdt. Hosea Sudarna juga mengatakan,” Fungsi saya disini adalah menjadi jembatan yang akan menghubungkan antara Pdt. Semrit Nenoliu, S.Th., M.Min..dengan Pendeta POUK Lenteng Agung yang baru nanti,untuk mendampingi prosesnya. Kita bersyukur bahwa semua proses berjalan dengan lancer dan baik,” Lanjutnya.
Ibadah ditutup dengan doa syafaat dan pengutusan, disertai berkat dari Bilangan 6:24-26. Lalu, dalam suasana kekeluargaan, seluruh jemaat berkumpul dalam sesi ramah tamah yang hangat. Ada tawa, ada pelukan, dan tentu saja — banyak kenangan yang terus mengalir dari kisah pelayanan lintas tahun.

Hadir memberikan sambutan Pdt.Dr. Daniel Albert Tobing dari Sinode Gereja Sahabat Indonesia, Prof.Dr. Lijan Sinambela dan Pnt. Tongging Banjar Nahor (Ketua Majelis Pouk LA) dalam kegiatan ramah tamah yang semuanya berharap estafet tongkat gembala di Gereja POUK Lenteng Agung dapat menjadi berkat bagi semua.
Minggu itu menjadi refleksi mendalam tentang makna gereja — bukan sekadar gedung atau liturgi, melainkan persekutuan kasih yang hidup, bergerak, dan saling menguatkan. Dalam ugahari yang dijalankan, POUK Lenteng Agung kembali diingatkan: bahwa setiap pergantian pemimpin bukan akhir dari cerita, melainkan awal dari babak baru yang terus dituliskan oleh jemaat bersama Tuhan.
(Dharma EL./Red.***)