Heroisme Tanpa Panggung: Teologi Digital, Kepahlawanan, dan Kritik terhadap Algoritma dalam Ruang Siber Penulis: Dr. Dharma Leksana, M.Th., M.Si.
Penulis: Dr. Dharma Leksana, M.Th., M.Si.
Abstrak
Era digital menghadirkan bentuk baru kepahlawanan yang tidak lagi mengandalkan panggung publik tradisional, melainkan berlangsung dalam ruang algoritmik yang diatur oleh logika visibilitas, viralitas, dan dataisme.
Artikel ini menelaah konstruksi heroisme dalam konteks teologi digital, dengan menyoroti bagaimana praktik kepedulian, solidaritas, dan advokasi kini dimediasi oleh sistem komputasional yang tidak netral. Algoritma media sosial menentukan apa yang layak dilihat, didengar, dan diingat, sehingga mempengaruhi bagaimana masyarakat mengenali figur pahlawan masa kini.
Dengan pendekatan teologi digital dan kritik media, artikel ini menunjukkan bahwa heroisme otentik justru muncul dalam tindakan yang tidak menuntut performativitas atau validasi publik. Heroisme tanpa panggung menantang logika kapitalisasi emosi dan atensi, serta mengembalikan fokus pada etos pelayanan yang tenang, relasional, dan berakar pada kesetiaan.
Kata Kunci: teologi digital, heroisme, algoritma, dataisme, ruang siber
1. Pendahuluan
Konsep kepahlawanan dalam sejarah sering dikaitkan dengan narasi besar, panggung publik, dan pengakuan kolektif. Namun, dalam era digital, panggung publik tersebut telah direkayasa ulang melalui platform media sosial yang dikendalikan oleh algoritma. Ruang publik tidak lagi berlangsung secara organik, melainkan dibentuk oleh logika data dan visualisasi popularitas. Hal ini mengubah cara masyarakat memaknai siapa yang disebut pahlawan.
Dalam konteks teologi digital, kepahlawanan bukan sekadar tindakan yang terlihat, tetapi kesetiaan dalam menjalankan panggilan pelayanan—termasuk ketika tindakan tersebut berlangsung dalam keheningan dan jauh dari sorotan. Namun, logika algoritma mendorong heroisme yang tampak, yang dapat dihitung dalam bentuk like, share, dan engagement. Di sinilah muncul ketegangan antara nilai spiritual dan struktur digital.
2. Kerangka Teoretis
2.1 Teologi Digital
Teologi digital menelaah bagaimana iman, etika, dan praksis keagamaan bertransformasi dalam ekosistem teknologi (Spadaro, 2014). Dunia digital bukan sekadar alat, melainkan ruang eksistensial baru tempat manusia hadir, bertindak, dan membangun identitas.
2.2 Kritik Algoritma dan Dataisme
Dataisme, menurut Harari (2017), adalah paradigma yang menempatkan data sebagai pusat penilaian nilai dan kebenaran. Algoritma menentukan relevansi dan keterlihatan—menjadi arsitek perhatian kolektif.
Dalam konteks ini, heroisme yang tidak menarik data dianggap tidak penting.
3. Pembahasan
3.1 Heroisme di Era Visibilitas
Heroisme kini dipahami melalui apa yang tampak. Aktivisme yang tidak terdokumentasi sering dianggap tidak terjadi. Hal ini menimbulkan bias memori sosial terhadap yang viral.
3.2 Heroisme sebagai Kesetiaan Tanpa Panggung
Teologi digital memulihkan pemahaman bahwa tindakan kasih tidak memerlukan audiens. Dalam Injil, banyak tindakan Kristus dilakukan tanpa pertunjukan. Spirit yang sama relevan dalam ruang siber: kesetiaan kecil tetap bernilai, meski tidak viral.
3.3 Algoritma sebagai Kurator Moral
Algoritma ikut menentukan tokoh mana yang disebut inspiratif. Dengan demikian, sistem ini bukan netral, melainkan memiliki ideologi produksi kepahlawanan.
3.4 Tantangan Etis bagi Komunitas Iman
Komunitas gereja perlu membangun narasi kepahlawanan yang tidak tunduk pada kapitalisasi atensi, melainkan berakar pada relasi dan pelayanan.
4. Kesimpulan
Era digital mengubah cara masyarakat memaknai pahlawan. Algoritma menentukan ruang sosial bagi heroisme yang dapat dilihat. Namun, teologi digital mengingatkan bahwa nilai heroik tidak ditentukan oleh visibilitas, melainkan kesetiaan, pelayanan, dan kasih yang diwujudkan dalam keheningan. Di tengah logika dataisme, heroisme tanpa panggung menjadi aksi profetis: keberanian untuk tetap melakukan kebaikan tanpa perlu disaksikan.
(Jakarta, 10 November 2025/ Hari Pahlawan/ Mas_Dharma eL./Red.))
Daftar Pustaka (APA 7th)
Harari, Y. N. (2017). Homo Deus: A Brief History of Tomorrow. Harper.
Spadaro, A. (2014). Cybertheology: Thinking Christianity in the Era of the Internet. Fordham University Press.
Turkle, S. (2017). Reclaiming Conversation: The Power of Talk in a Digital Age. Penguin.
Zuboff, S. (2019). The Age of Surveillance Capitalism. Public Affairs.
Penulis:
Dr. Dharma Leksana, M.Th., M.Si.
Ketua Umum Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI)
Email: dharmaleksana@gmail.com
