Prof. Asnath Niwa Natar
Wartagereja.co.id – Yogyakarta, Selasa 2 Desember 2025 – Hari itu menjadi babak baru dalam sejarah akademik Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW). Di antara para akademisi, pemimpin gereja, mahasiswa, dan sahabat pelayanan, Pdt. Prof. Dr. Asnath Niwa Natar, M.Th., dikukuhkan sebagai Guru Besar di bidang Teologi Pastoral dan Teologi Feminis—buah perjalanan panjang intelektual, spiritual, dan pengabdiannya.
Prof. Asnath bukan sekadar akademisi. Ia adalah Ketua Pusat Studi Teologi Feminis UKDW, dosen aktif, peneliti, pembimbing pastoral, dan suara kuat bagi pengembangan teologi yang membebaskan dan peka pada realitas perempuan. Perjalanan pendidikannya dimulai dari Universitas Kristen Duta Wacana (S1 & S2), sebelum meraih gelar doktor dari Augustana Theologische Hochschule, Jerman, pada 2010.
Momen Syukur dan Ajakan Bertanggung Jawab
Acara pengukuhan yang berlangsung khidmat ini menjadi momentum reflektif. Dalam sambutannya, Prof. Asnath mengungkapkan rasa syukur atas kasih dan pertolongan Tuhan dalam panggilan akademiknya.
“Jabatan Guru Besar adalah amanah besar dalam tri dharma perguruan tinggi. Saya berharap jabatan ini dapat menjadi berkat bagi semua orang yang saya layani melalui ilmu dan karya,” tegasnya.
Baginya, gelar profesor bukan puncak, tetapi pintu bagi tanggung jawab yang lebih luas—mengabdikan ilmu demi transformasi gereja, masyarakat, dan dunia akademik.
Teologi untuk Kehidupan Nyata
Selama ini, Prof. Asnath dikenal sebagai figur yang memadukan kedalaman penelitian dengan kepedulian pastoral. Penelitiannya mengenai isu-isu perempuan dalam pelayanan gereja, termasuk studi tentang KDRT dan perceraian dalam kehidupan pendeta perempuan (2025), menegaskan bahwa teologi tidak boleh berhenti pada ruang diskursus, tetapi menyentuh realitas hidup.
Dekan Fakultas Teologi UKDW, Pdt. Prof. Robert Setio, Ph.D., menegaskan bahwa kehadiran Prof. Asnath menjadikan fakultasnya sebagai unit akademik dengan jumlah profesor terbanyak di UKDW. Ia menekankan bahwa teologi harus menjadi ilmu yang terbuka, kolaboratif, dan relevan bagi masyarakat.
Komitmen Universitas dan Tantangan Masa Depan
Rektor UKDW, Dr.-Ing. Wiyatiningsih, S.T., M.T., menyampaikan apresiasi atas pencapaian membanggakan ini sembari mendorong percepatan peningkatan kualitas SDM.
“Kami berharap Prof. Asnath akan segera disusul oleh dua dosen lainnya yang tengah dalam proses pengajuan Guru Besar,” ujarnya.
Prof. Setyabudi Indartono, M.M., Ph.D., Kepala LLDIKTI Wilayah V, menegaskan pentingnya kontribusi ilmiah yang berjangka panjang:
“Kehadiran Guru Besar harus memperkuat tri dharma. Target kita ke depan adalah akselerasi kualitas menuju akreditasi unggul pada tahun 2028.”
Sosok Akademisi yang Tetap Hadir bagi Jemaat
Meski berprestasi di dunia akademik, Prof. Asnath tetap dikenal sebagai figur yang rendah hati dan dekat dengan umat. Melalui kelas, penelitian, pelayanan pastoral, dan Pusat Studi Teologi Feminis yang ia pimpin, ia menjadi rujukan bagi mahasiswa, gereja, dan peneliti yang ingin mengembangkan cara berpikir teologis yang inklusif dan berkeadilan gender.
Guru Besar Ketujuh UKDW, Inspirasi bagi Banyak Generasi
Dengan pengukuhan ini, UKDW kini memiliki tujuh guru besar aktif. Bagi civitas academica, pencapaian Prof. Asnath bukan sekadar angka, tetapi simbol harapan, konsistensi, dan masa depan.
Pengukuhan ini menandai perayaan iman, ilmu, dan panggilan. Prof. Asnath hadir sebagai teladan bahwa ilmu teologi dapat menjadi daya transformasi yang menyentuh kehidupan nyata—khususnya bagi kelompok marginal, perempuan dalam kepemimpinan gereja, dan mereka yang membutuhkan pendampingan pastoral.
Acara ini menjadi tanda bahwa teologi tetap relevan, hidup, dan mampu memberi arah di tengah perubahan zaman. Capaian ini diharapkan menginspirasi para dosen UKDW untuk terus berkarya, berjejaring, dan memperluas kontribusi akademiknya bagi bangsa.
