Prof. Hoga Saragih - Ketua Perkumpulan Profesor Teologia Nusantara
Wartagereja.co.id – Jakarta, Perkembangan dunia teologi Indonesia memasuki babak baru. Perkumpulan Profesor Teologia Nusantara (PPTN) resmi berdiri sebagai wadah strategis para cendekiawan Nasrani, sekaligus menjadi pusat pengembangan ilmu teologi yang berakar pada konteks Nusantara. Keberadaan organisasi ini bukan sekadar pengelompokan akademisi; ia merupakan tanda kemajuan pemikiran dan persatuan visi untuk membangun teologi yang relevan bagi gereja, masyarakat, dan bangsa.
Langkah ini tidak terjadi dalam ruang kosong. Setelah melalui proses perumusan kesepahaman, refleksi, dan kerja kolektif, PPTN telah mendapatkan pengesahan negara melalui Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-0006770.AH.01.07 Tahun 2023. Legitimasi ini menunjukkan bahwa organisasi tersebut bukan hanya gagasan ideal, tetapi telah berwujud menjadi institusi resmi dengan mandat kultural dan akademik.

“Visi PPTN adalah menjadi pusat keilmuan teologi oikumenis yang kontekstual dan berdaya lokal,” ujar Prof. DR. Ir. Hoga Saragih ST., MT., S.Th., M.Th., Ph.D., Ketua PPTN sekaligus Anggota Dewan Kehormatan Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI). Ia menegaskan bahwa pijakan iman organisasi ini jelas: mengakui Alkitab sebagai Firman Allah dan Yesus Kristus sebagai satu-satunya Juruselamat.
Lebih jauh, Prof. Hoga memaparkan tujuan jangka panjang yang ambisius namun terukur. “Ke depan, PPTN diharapkan dapat melahirkan 100 profesor, 1.000 lektor kepala, 10.000 lektor, dan 100.000 asisten ahli dalam bidang teologi.” Sebuah proyeksi yang menunjukkan keseriusan untuk menciptakan ekosistem akademik teologi yang mandiri dan produktif.
Sebagai Guru Besar Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer serta Ketua Program Studi Sistem Informasi di Universitas Bakrie, Prof. Hoga membawa pendekatan lintas disipliner yang memperkaya arah organisasi. Ia menguraikan sepuluh misi PPTN, antara lain mengembangkan pemikiran teologi kontekstual, mendorong dialog lintas agama, menyediakan pendidikan akademik berkualitas, menyelenggarakan riset menuju jenjang profesor, dan mengadvokasi teologi inklusif serta etis bagi masyarakat modern Nusantara.
Selain itu, PPTN menempatkan literasi teologi sebagai bidang pelayanan publik. Mereka mendorong penerbitan karya ilmiah, konsultasi kebijakan bagi pemerintah dan masyarakat, serta membangun kesadaran spiritualitas dan etika dalam kehidupan sehari-hari.
Secara struktural, organisasi ini dipimpin oleh Prof. Hoga Saragih sebagai Ketua. Ia didampingi Edwin Antoine Rudolph Tielman sebagai Sekretaris, Henry Wono Wong sebagai Bendahara, serta Prof. DR. IR. Gimbal Doloksaribu sebagai Ketua Pengawas.
Dalam lanskap pendidikan teologi Indonesia, keberadaan PPTN menjadi lebih penting karena ia bukan hanya paguyuban akademik, tetapi juga ruang koordinasi para guru besar untuk menyuarakan isu-isu struktural dalam dunia pendidikan tinggi. Salah satunya adalah advokasi kepada pemerintah mengenai perbaikan regulasi jabatan akademik dosen-dosen Sekolah Tinggi Teologi (STT).
Di saat teologi sering dianggap sekadar disiplin spiritual, kehadiran PPTN memberi nuansa profesionalisme baru. Para profesor teologi di dalamnya memahami bahwa keilmuan iman harus selalu bersinggungan dengan dinamika sosial, politik, budaya, teknologi, hingga kehidupan publik. Teologi tidak lagi berada di menara gading, tetapi berada dalam dialog dan kontribusi nyata bagi masyarakat.

PPTN menunjukkan bahwa para pemikir agama dapat tampil sebagai agen persatuan, pembentuk nilai publik, dan penyusun kerangka pengetahuan yang mencerahkan. Di tengah keberagaman Nusantara, organisasi ini diharapkan mampu memainkan peran strategis sebagai jembatan akademik-gerejawi bagi pembangunan literasi, toleransi, dan transformasi peradaban.
Pendirian PPTN bukan hanya kabar gembira bagi komunitas akademik Kristen, tetapi bagi seluruh bangsa yang mendambakan kualitas keilmuan, dialog keberagamaan, dan pembentukan karakter bangsa melalui nilai-nilai iman, etika, dan penalaran teologis yang matang.
(Mas_Dharma EL/Red.)
