
Oleh : Dharma Leksana, S.Th., M.Si. – Ketua Umum Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI)
Wartagereja.co.id – Jakarta, Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah yang jatuh pada tahun 2025, sebuah pertanyaan seringkali muncul di tengah keberagaman masyarakat Indonesia: apakah umat Kristen diperbolehkan memberikan ucapan selamat kepada saudara-saudari Muslim yang merayakan? Pertanyaan ini menjadi relevan dalam konteks semangat Bhinneka Tunggal Ika (Unity in Diversity) dan pluralisme agama serta keyakinan yang menjadi fondasi bangsa Indonesia.
Inklusivitas Beragama dalam Kekristenan: Apa Dasar Teologisnya?
Dalam teologi Kristen, konsep inklusivitas memiliki akar yang kuat. Ajaran utama untuk mengasihi sesama manusia, seperti yang tertulis dalam Matius 22:39 (“Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”), menjadi landasan penting.1 Pandangan ini melampaui batas-batas agama dan mengajak umat Kristen untuk berinteraksi dengan kasih dan hormat kepada semua orang.
Beberapa teolog Kristen berpendapat bahwa kasih Allah adalah universal dan menjangkau seluruh umat manusia. Konsep “inclusivism” dalam teologi Kristen menyatakan bahwa keselamatan yang ditawarkan melalui Yesus Kristus dapat diakses oleh semua orang, terlepas dari tradisi agama tempat mereka dilahirkan. Kolose 1:16, seperti yang dikutip dalam salah satu hasil pencarian, menyatakan bahwa alam semesta diciptakan melalui dan untuk Kristus, menunjukkan cakupan universal karya Allah.
Dalam konteks Indonesia, di mana keberagaman agama adalah realitas, teologi inklusif mendorong umat Kristen untuk membangun hubungan yang positif dan saling menghormati dengan pemeluk agama lain. Memberikan ucapan selamat atas hari raya keagamaan dapat dilihat sebagai wujud dari kasih dan penghargaan terhadap sesama.2
Moderasi Beragama: Merajut Kebersamaan dalam Kepelbagaian
Konsep moderasi beragama menjadi semakin penting dalam masyarakat Indonesia yang majemuk. Moderasi beragama mendorong sikap tengah-tengah, tidak ekstrem, dan menghargai perbedaan.3 Dalam konteks memberikan ucapan selamat hari raya, tindakan ini merupakan wujud konkret dari moderasi beragama. Umat Kristen yang mengucapkan selamat Idul Fitri menunjukkan sikap saling menghormati dan mengakui keberadaan serta nilai-nilai agama lain.
Seperti yang ditemukan dalam hasil pencarian mengenai tradisi memberi salam untuk membangun perdamaian antaragama di Indonesia, ucapan selamat dapat dirasakan sebagai dukungan dan doa bagi sesama. Ini memperkuat rasa persaudaraan dan kebersamaan antarumat beragama.
Alasan Penting Merayakan Hari Raya Agama Lain Secara Sosial
Kutipan bijak yang berbunyi, “Bagaikan untaian benang dalam satu kain batik, perbedaan menjadikan kita kuat. Tanpa warna dan pola yang beragam, takkan ada keindahan yang utuh,” dengan indah menggambarkan esensi keberagaman di Indonesia. Merayakan hari raya agama lain secara sosial memiliki beberapa alasan penting, menurut berbagai sumber, sosiolog, dan teolog:
- Membangun Empati Antariman: Ikut merasakan kebahagiaan dan tradisi dalam hari raya agama lain membantu membangun pemahaman dan empati yang lebih dalam terhadap keyakinan dan praktik agama tersebut.
- Mempererat Solidaritas Nasional: Dalam konteks Indonesia, saling mengucapkan selamat dan berbagi kebahagiaan di hari raya memperkuat tali persaudaraan sebagai bangsa yang beragam.
- Menegaskan Nilai-Nilai Universal: Hari raya setiap agama seringkali mengandung nilai-nilai universal seperti kasih sayang, perdamaian, dan kebersamaan. Merayakan secara sosial adalah cara untuk menghormati nilai-nilai ini.
- Menciptakan Suasana Positif dan Harmonis: Ucapan selamat dan partisipasi sosial dalam perayaan agama lain dapat menciptakan lingkungan yang lebih toleran, inklusif, dan harmonis.

Menjawab Kritik Terkait Pengaburan Identitas Keagamaan
Meskipun seringkali muncul kritik terkait kekhawatiran bahwa memberikan ucapan selamat atau ikut merayakan hari raya agama lain dapat dianggap sebagai pengaburan atau pengorbanan identitas keagamaan sendiri (Melanggar dogmatika ?). Namun, penting untuk dipahami bahwa memberikan ucapan selamat adalah tindakan sosial dan budaya yang menunjukkan penghormatan dan penghargaan terhadap orang lain.
Seperti yang diungkapkan dalam salah satu hasil riset pencarian di internet, mengucapkan “Selamat Hari Raya Idul Fitri” kepada umat Muslim tidak berarti seorang Kristen mengadopsi keyakinan Islam. Ini adalah bentuk komunikasi yang baik, menunjukkan kepedulian, dan membangun jembatan persahabatan antarumat beragama. Batasan-batasan teologis dan keyakinan tetap ada, namun interaksi sosial yang positif tetap dapat terjalin.
Dari hasil pemaparan diatas, Penulis mengambil kesimpulan: Orang Kristen Diperbolehkan Mengucapkan Selamat Merayakan Hari Besar Agama Lain, yaitu :
Dengan mempertimbangkan dasar teologis Kristen tentang kasih kepada sesama, semangat Bhinneka Tunggal Ika, prinsip moderasi beragama, serta manfaat sosial dari perayaan lintas agama, dapat disimpulkan bahwa umat Kristen diperbolehkan dan bahkan dianjurkan untuk memberikan ucapan selamat merayakan hari besar agama lain, termasuk Hari Raya Idul Fitri.
Tindakan ini bukan hanya bentuk sopan santun sosial, tetapi juga wujud nyata dari nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, dan penghargaan terhadap keberagaman yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Menyambut Idul Fitri 2025 dengan saling mengucapkan selamat adalah langkah kecil namun signifikan dalam mempererat tali persaudaraan dan mewujudkan masyarakat Indonesia yang harmonis dan inklusif. (Dh.L./Red.***)