
Refleksi dan Evaluasi 1 : Pembimbingan Calon Pendeta GKJ Brebes dan GKJ Slawi
Wartagereja.co.id – Slawi – Bertempat di Gereja Kristen Jawa (GKJ) Slawi, Sabtu (4/10/2025), para pendeta pembimbing, majelis pendamping, serta dua calon pendeta dari GKJ Brebes dan GKJ Slawi berkumpul dalam pertemuan penting: Evaluasi Tahap Pertama Pembimbingan dan Pendampingan Calon Pendeta.
Pertemuan ini menjadi bagian dari proses kaderisasi pelayanan gereja yang tidak hanya menekankan pada aspek keilmuan dan spiritualitas, tetapi juga pada kedalaman penghayatan panggilan sebagai pelayan Kristus.
Acara diawali dengan pembukaan oleh Pdt. Sugeng Prihadi, yang menyampaikan renungan berdasarkan 2 Timotius 2:15, dengan tema: Dipanggil, Dibentuk, dan Diutus Menjadi Pendeta dalam Terang Kristus. Renungan tersebut menjadi dasar spiritual yang mengarahkan jalannya evaluasi.
Selanjutnya, sesi percakapan evaluatif dipandu oleh Pdt. Trombin Naftaliyus, yang bertindak sebagai konvokator.
Kesan dan Refleksi dari Calon Pendeta
Pada sesi pertama, kedua calon pendeta berbagi pengalaman pribadi selama lima bulan proses pembimbingan.
Sdr. Stevanus Andreas Efrayim, calon pendeta GKJ Brebes, mengungkapkan bahwa ia merasa terbantu oleh kedekatannya dengan para pendeta pembimbing yang sudah dikenalnya sejak lama, karena ia berasal dari GKJ Slawi. Proses kunjungan dua mingguan dan dinamika yang terjadi selama lima bulan menjadi proses pembelajaran yang menyenangkan.
Sementara itu, Sdr. Yudha Waskito, calon pendeta GKJ Slawi, mengalami proses adaptasi yang lebih panjang. Ia berasal dari latar belakang GKJW dan belum mengenal lingkungan GKJ secara mendalam. Namun, melalui pertemuan beruntun dengan para pembimbing dan rekan-rekan lain, Yudha merasa mengalami perjumpaan yang dalam dan memperkaya pemahamannya akan identitas serta nilai-nilai GKJ.
Pendeta Pembimbing Dalam Sebuah Sudut Pandang
Sesi kedua menghadirkan evaluasi dari para pendeta pembimbing, dimulai dari Pdt. Kristianto Himawan selaku pembimbing bidang Sejarah Gereja. Ia menekankan bahwa sejarah gereja tidak semata menjadi kumpulan data masa lalu, melainkan ruang reflektif yang mengandung nilai-nilai penting untuk kehidupan dan pertumbuhan gereja ke depan.
“Proses ini bukan sekadar mengenal tokoh, tempat, dan waktu, melainkan bagaimana sejarah baik yang kelam maupun terang mengajarkan kita nilai dan harapan yang membentuk identitas pelayanan.” ujarnya.
Dari delapan kali pertemuan yang dilaksanakan sejak Mei hingga September, kedua calon pendeta dinilai telah mampu menggali dan merefleksikan nilai-nilai sejarah secara kritis dan kontekstual.

Mengenal Tata Gereja: Bukan Sekadar Aturan
Dalam aspek Tata Gereja dan Tata Laksana GKJ, Pdt. Agus Yusak menyampaikan bahwa pembimbingan terhadap Sdr. Yudha Waskito dilakukan melalui analisis kasus-kasus jemaat. Tata Gereja dipelajari bukan sebagai teori semata, melainkan sebagai perangkat yang hidup dan kontekstual dalam dinamika pelayanan.
Salah satu indikator keberhasilan Yudha adalah keterlibatannya dalam perencanaan dan pelaksanaan Temu Raya Pemuda/Remaja Sinode GKJ Rayon 1, yang menunjukkan kapasitas kepemimpinan dan manajemen gereja yang kuat.
Pdt. Sugeng Prihadi, yang membimbing Stevanus Andreas dalam bidang serupa, menyampaikan pentingnya memandang Tata Gereja sebagai tolok ukur nilai, bukan struktur yang kaku. “Kami mempercakapkan dan mendiskusikan pemahaman bahwa Tata Gereja itu holistik dan transformatif,” ujarnya. Stevanus dinilai mampu menganalisis kasus jemaat berdasarkan kerangka Tata Gereja secara mendalam.

Pokok Ajaran, Khotbah, dan Pastoral
Dalam aspek Pokok-Pokok Ajaran GKJ, Pdt. Trombin Naftaliyus mengungkapkan bahwa selama 12 kali pertemuan, calon pendeta diajak untuk menemukan isu-isu dominan dalam kehidupan gereja dan menanggapinya secara kritis. Penggalian ini melibatkan diskusi, wawancara, hingga penilaian sejauh mana pengajaran gereja dihidupi dalam kehidupan jemaat.
Sementara itu, pembimbing bidang Khotbah dan Pastoral, Pdt. Bernadus M. Eksimimawan, menekankan pentingnya khotbah sebagai penyampaian firman Tuhan yang berakar pada Alkitab, bukan sekadar “curahan hati pengkhotbah”. Ia menekankan bahwa khotbah yang baik menguatkan, menegur, dan menyembuhkan jemaat.
Pdt. Bernadus juga menekankan pentingnya transisi pastoral, termasuk bagaimana calon pendeta membangun relasi yang baik dengan para pendeta yang akan emeritus sebagai bagian dari etika dan kesinambungan pelayanan.
Majelis Pendamping Kelayakan untuk Melangkah ke Tahap Selanjutnya
Dari sisi majelis pendamping, baik GKJ Brebes maupun GKJ Slawi sepakat menyatakan kedua calon pendeta layak melanjutkan ke tahap pembimbingan berikutnya. Penilaian mencakup berbagai aspek mulai dari spiritualitas, kepribadian, komitmen, keterampilan pelayanan, kedisiplinan, interaksi sosial, hingga etika.
Kedua calon pendeta kini tengah mempersiapkan Karya Tulis Akhir (KTA) sebagai bagian dari tahap lanjutan pembimbingan. Stevanus mengangkat tema “Teologi Hospitalitas: Membingkai Misi yang Ramah dalam Konteks GKJ”, sementara Yudha menulis karya dengan judul “Gereja sebagai Rumah Bersama.”
Selama dua bulan ke depan, mereka akan didampingi dalam proses penulisan KTA, sebelum akhirnya akan mengikuti pembimbingan komprehensif pada 6 Desember 2025, mencakup seluruh aspek teologis dan praktis dari pelayanan gerejawi.
Menatap Masa Depan GKJ dengan Harapan
Proses evaluasi ini menunjukkan bahwa pembimbingan calon pendeta di GKJ bukanlah sekadar formalitas , melainkan jalan pembentukan yang menyentuh aspek spiritual, teologis, dan pastoral secara menyeluruh.
Dengan semangat Dipanggil, Dibentuk, dan Diutus, GKJ terus berupaya menghadirkan pelayan-pelayan gereja yang siap menjawab tantangan zaman dengan hati yang terbuka, pikiran yang tajam, dan semangat pelayanan yang utuh dalam terang Kristus (sugeng ph/Red)