
Kebaktian Bersama Kaum Perempuan PGIS Kabupaten Bogor, GKPI Citeureup, 6 Oktober 2025
Kebaktian Bersama Kaum Perempuan PGIS Kabupaten Bogor, GKPI Citeureup, 6 Oktober 2025
Wartagereja.co.id – Bogor, Sore itu, sinar mentari mulai condong ke barat, menyapu lembut halaman Gereja Kristen Pekabaran Injil (GKPI) Citeureup, Kabupaten Bogor. Sekitar dua ratus perempuan dari empat belas gereja anggota Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia Setempat (PGIS) Kabupaten Bogor tampak berdatangan dengan wajah yang memancarkan sukacita. Di antara tawa kecil dan saling sapa, mereka membawa satu semangat yang sama—ingin bersama meneguhkan diri dalam kasih, pengampunan, dan terang Kristus.
Hari itu, Selasa, 6 Oktober 2025, menjadi lebih dari sekadar tanggal dalam kalender kegiatan gerejawi. Ia menjadi ruang suci bagi kaum perempuan untuk berhenti sejenak dari hiruk pikuk kehidupan, menengok kembali makna menjadi “anak-anak terang”.

Lilin Kecil di Tengah Kegelapan
Kebaktian dimulai tepat pukul 15.00 WIB, dibuka oleh panitia pelaksana dari GKPI Citeureup. Suasana cepat berubah khidmat ketika Pdt. Vanda Selvie Mamahit, S.Th., naik ke mimbar membawakan firman Tuhan dengan tema: “Hidup Sebagai Anak-Anak Terang” dari Efesus 5:2-4.
Alih-alih langsung berkhotbah, Pdt. Selvie terlebih dahulu mengajak jemaat menonton film rohani berjudul “Masihkah Ada Maaf?”. Film ini berkisah tentang seorang ibu yang harus berjuang mengampuni di tengah kehancuran rumah tangganya: suami yang terjerat judi dan mabuk, anak perempuan yang kehilangan arah, dan dirinya yang jatuh sakit di tengah luka batin yang dalam.
Dalam hening yang terasa tebal, mata para perempuan di ruangan itu memantulkan cahaya dari layar—dan mungkin, juga genangan air mata.
Pdt. Selvie kemudian berdiri, memegang sebatang lilin kecil. “Apa yang membuat lilin tetap menyala di tengah gelap?” tanyanya perlahan. “Terang kecil di tangan orang yang setia lebih berharga daripada cahaya besar yang tidak dijaga.”
Lilin itu menjadi simbol. Bahwa hidup dalam kasih, menolak hidup lama, dan menjaga terang bukanlah pekerjaan besar yang hingar-bingar—melainkan ketekunan kecil yang dilakukan setiap hari, di rumah, di dapur, di ruang doa yang sunyi.
Ia mengingatkan: Kristuslah yang menjaga terang itu, bukan kekuatan manusia. Dan terang sejati selalu dimulai dari rumah. “Rumah adalah sekolah pertama kita,” ujarnya lembut. “Di sanalah kita belajar mengampuni, mengasihi, dan menjadi agen pemulihan.”

Dari Refleksi Menjadi Komunitas
Pesan itu bergema kuat dalam hati para peserta. Setelah ibadah usai, satu per satu sambutan disampaikan—bukan sekadar formalitas, melainkan pernyataan syukur.
Ketua Komisi Perempuan PGIS Kabupaten Bogor, Ibu Riyanti Ampulembang, menyampaikan apresiasi mendalam atas semangat tuan rumah dan seluruh peserta. Dari GKPI Citeureup sendiri, Ibu Tessa br. Girsang berbagi harapan agar persekutuan perempuan lintas gereja ini terus menjadi sumber kekuatan dan dukungan bagi sesama.
Koordinator Komisi Perempuan PGIS Kabupaten Bogor, Pdt. Masna Nazara, menambahkan: “Perempuan bukan sekadar pendamping. Kita adalah pembawa terang, yang mampu menyalakan api iman di rumah, di gereja, dan di tengah masyarakat.”
Warta kegiatan dan rencana pelayanan perempuan PGIS kemudian disampaikan oleh Sekretaris Komisi, Ibu Magdalena br. Purba. Setelah itu, suasana kembali cair—door prize, pujian, dan tawa ringan memenuhi ruangan. Ada rasa lega. Ada kehangatan yang tidak dibuat-buat.

Terang yang Tak Padam
Ketika doa penutup dinaikkan oleh Pdt. Masna Nazara, langit di luar mulai memerah keemasan. Hari mulai turun, tapi suasana di dalam gereja justru semakin bercahaya.
Para perempuan itu pulang membawa sesuatu yang tak terlihat—sebatang lilin kecil dalam hati mereka. Lilin yang mungkin akan bergetar tertiup angin persoalan hidup, tetapi kini mereka tahu: selama Kristus menjaga terang itu, tidak ada kegelapan yang mampu memadamkannya.
Malam mungkin datang, tetapi terang akan tetap hidup—karena ada tangan-tangan perempuan yang setia menjaganya.Penulis: Pdt. Alex F. Banua (GKP Gunung Putri)
Editor: Dharma eL
Bogor, 6 Oktober 2025