
Wartagereja.co.id – Sarmi, Papua – Sorak-sorai “Shalom!” bergema memenuhi Kampung Nengke, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua, pada Senin, 19 Mei 2025. Sekitar 200 jiwa, terdiri dari pemuda/i dan umat Tuhan setempat, memadati lokasi Kebangunan Rohani yang digagas oleh Pdt. Zefanya Yeuwun, S.Th, bersama hamba-hamba Tuhan dari Kabupaten Jayapura/Kota Jayapura dan Kabupaten Keerom.
Ibadah yang penuh semangat ini juga dihadiri oleh para pemimpin Gereja Pekabaran Injil (GPI) “Jalan Suci”, termasuk Ketua GPI “Jalan Suci” Kota Jayapura Pnt. Sepnat Kambu, SKM., MPH, Ketua Pemuda GPI “Jalan Suci” di Tanah Papua Pnt. Yason Howay, ST, dan Ketua GPI “Jalan Suci” Papua Pegunungan Pnt. Nikodemus Wanma, S.Sos.
Pesan Kedamaian dari Sang Penulis Lagu
Pdt. Zefanya Yeuwun, S.Th, yang bertindak sebagai pembicara firman Tuhan, membuka khotbahnya dengan sapaan khas, “Shalom… Shalom… Shalom… Shalom… Artinya Damai Sejahtera ada di antara kita.” Beliau menegaskan kedatangan rombongan sebagai wujud kasih bagi negeri ini, dengan tujuan meneguhkan, menguatkan, dan memberi semangat bagi setiap orang di Sarmi.
Dalam khotbahnya, Pdt. Zefanya Yeuwun menyinggung sebuah lagu yang begitu familiar di telinga masyarakat Papua, bahkan Indonesia hingga mancanegara: “Musim berlalu tinggalkan kesan, dukacita melanda air mata menetes, itulah kehidupan di Tanah ini dan seterusnya…” Dengan nada haru, beliau mengungkapkan bahwa lagu itu adalah karyanya sendiri. Sebuah lagu yang telah memberkati banyak jiwa, yang mungkin saja diiringi dengan air mata dan cerita-cerita getir, tercurah di bawah pohon kelapa di pantai, namun “Tuhan Yesus di surga, Roh Kudus di surga, Dia menampung air mata negeri yang baik ini.”
Lima Suku Penjaga Tapal Batas Sarmi
Pdt. Zefanya Yeuwun juga menyoroti lima suku yang menjadi pilar keberadaan Sarmi, yakni Suku Sobey, Suku Armati, Suku Rumbuay, Suku Mariner, dan Suku Isirowa. Beliau mengapresiasi peran kelima suku ini sebagai penjaga tapal batas. “Kekayaan alam bisa habis, suara kita tidak bisa didengar oleh orang-orang pembesar,” ujarnya, mengingatkan akan kerapuhan materi duniawi. Namun, beliau kembali menegaskan janji Tuhan: “Dua atau tiga orang berkumpul atas namaku, aku hadir di tengah-tengah mereka,” mengutip Matius 18:20.
Fondasi Iman: Percaya, Bertobat, dan Lahir Baru
Pesan inti kebangunan rohani ini berpusat pada pentingnya iman dan pertobatan. Pdt. Zefanya Yeuwun menggarisbawahi Roma 10:11, “Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan,” menekankan bahwa kepercayaan kepada Tuhan menghindarkan dari rasa malu atau kekecewaan.
Beliau juga menjelaskan relevansi 1 Yohanes 5:8 tentang tiga saksi di bumi – Roh, air, dan darah – yang menguatkan kesaksian tentang Yesus. Kemudian, Markus 16:16 menjadi penekanan akan pentingnya percaya dan dibaptis untuk keselamatan.

Konsep lahir baru dijelaskan sebagai sebuah transformasi rohani, di mana seseorang menerima Kristus, mengalami perubahan batin, dan menjadi ciptaan baru. Ini bukan sekadar perubahan eksternal, melainkan perubahan mendalam dalam hati dan pikiran, menjadikannya bagian dari keluarga Allah.
Dua langkah esensial untuk transformasi ini adalah percaya dan bertobat. Percaya berarti menerima dan mempercayakan diri kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, dengan komitmen untuk hidup sesuai kehendak-Nya. Sedangkan bertobat adalah seruan untuk kembali kepada Tuhan, meninggalkan dosa, dan hidup dalam kasih-Nya melalui perubahan hati, pikiran, dan tindakan.
Puncak khotbah Pdt. Zefanya Yeuwun menutup dengan Yohanes 4:24, “Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.” Ayat ini diadaptasi dengan konteks lokal Papua: “di gunung Papua, di lembah Papua, di Pesisir Papua. Pulau-pulau, di pinggir-pinggir sungai yang tadinya tulang-tulang berserakan di atas leluhur mereka telah bangkit dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Amin.”
Kebangunan Rohani di Sarmi ini menjadi bukti nyata bahwa gema damai sejahtera dan kekuatan iman terus bergaung, menyatukan hati umat Tuhan di tengah keberagaman suku dan tantangan kehidupan.
Penulis : Wartawan GPI “ Jalan Suci” Awan 22 Mey 2025